Contreng atau Golput (Sebuah Panduan Syar’i)

•April 7, 2009 • Tinggalkan sebuah Komentar

sumber  eramuslim

Mukaddimah

Pembahasan tentang memilih atau tidak memiih hari ini menimbulkan kontroversi di masyarakat. Kontroversi itu ada di dua sisi yang saling berseberangan. Tulisan ini tidak sedang membela salah satunya. Bukan juga ajakan untuk memilih atau golput. Tulisan ini hadir justru dari keterpanggilan untuk mendudukkan masalah pada porsinya yang tepat dan benar. Mencotreng atau golput, dari kacamata syariat yang proporsional tanpa tendensi atau pragmatisme kepentingan.

Ini semua agar kita tidak menyesal. Karena penyesalan kita bisa sangat panjang. Sejak di dunia ini. Saat kita mendapat pemimpin yang jahat dan akhirnya hanya saling hujat saja dengan masyarakatnya, seperti dalam hadits Nabi, “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka dan mereka membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka melaknat kalian.” (HR. Muslim no. 1855 dan Ahmad no. 24027)

Atau penyesalan yang paling rugi saat nanti di akhirat, seperti gambaran ayat berikut,

وَبَرَزُواْ لِلّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاء لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُواْ إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنتُم مُّغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللّهِ مِن شَيْءٍ قَالُواْ لَوْ هَدَانَا اللّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاء عَلَيْنَآ أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِن مَّحِيصٍ ﴿٢١﴾

“Dan mereka semua (di padang Mahsyar) berkumpul untuk menghadap ke hadhirat Allah, lalu orang yang lemah berkata kepada orang yang sombong: Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut kalian, maka dapatkah kalian menghindarkan kami dari azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: Sekiranya Allah memberi petunjuk kepada kami niscaya kami memberi petunjuk kepada kalian. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh atau bersabar. Kita tidak punya tempat untuk melarikan diri.” (QS. Ibrahim/14: 21)

Sementara, semua yang kita lakukan kelak harus dipertanggungjawabkan. Sehingga kita harus benar-benar berhitung terhadap aktifitas sekecil apapun. Apalagi jika aktifitas kita adalah aktifitas yang menyentuh kepentingan dan hajat hidup orang banyak. Kesalahan yang kita lakukan pada wilayah umum seperti ini akan berhadapan dengan pertanggungjawaban yang tidak ringan di hari kiamat kelak. Memilih pemimpin adalah aktifitas yang masuk wilayah ini. Artinya, ketika kita masuk bilik suara untuk menyontreng, kita tidak hanya berhadapan dengan apa atau siapa. Tetapi kita sedang berhadapan dengan pengadilan Allah kelak.

Memilih pemimpin yang baik dan benar, artinya kita ikut urun rembug dalam kebaikan. Karena pemimpin yang baik dan benar akan menghasilkan kebijakan yang berpihak kepada rakyat. Memilih pemimpin yang rusak dan tidak berkompeten, artinya kita ikut andil dalam kerusakan. Karena merekalah yang kelak mencekik rakyat, membuat kerusakan masal secara sistematis.

Maka kita layak berhitung, bahkan harus. Dengan cermat. Dan sangat cermat! Dan mari kita mulai berhitung.

Jika Harus Memilih

Pilihlah hanya pemimpin yang kita kenal. Jangan pernah menjadi orang yang hanya ikut bergerak kemana angin bertiup. Orang banyak boleh merekomendasikan, tetapi ukurlah dengan pengetahuan kita terhadap calon pemimpin itu.

Pertanyaannya adalah, apa yang harus kita kenali?

Jika hanya mengenal nama, tempat tinggal, daerah asal, ini bukanlah pengenalan yang mampu menghadirkan pemimpin yang baik dan benar. Pengenalan itu bercermin pada pengenalan Allah terhadap Nabi Yusuf (12: 55) yang menyebut dirinya (Hafidzun = yang sangat menjaga/amanah) (‘Alim = mempunyai ilmu). Sebagaimana juga pengenalan Allah terhadap Nabi Musa yang berperan sebagai pekerja dan disebut dalam ayat (28:260) sebagai: (al-Qowiy = yang kuat) (al-Amin = yang amanah)

Dari dua contoh yang mencantumkan dua kata untuk satu Nabi bisa disimpulkan dengan dua kata berikut:

1. Integritas moral

2. Kompetensi

Integritas moral menjadi harga mati, walau ada di standar rendah tetapi tidak keluar dari frame minimal. Seperti Khalid bin Walid dan Amr bin Ash yang keduanya masuk Islam terlambat; tahun 7 H, tetapi langsung diberikan amanah kepemimpinan perang bahkan hanya beberapa bulan setelah mereka masuk Islam. Mereka berdua orang yang berkompeten di medan perang. Adapun tingkat integritas moral dan keshalehannya, mereka berdua telah mencapai tingkat standar dasar seorang muslim.

Mereka berdua bukan orang fajir/pelaku dosa, sehingga di sini tidak berlaku pembahasan -yang sesungguhnya belum final- tentang pilihan rumit antara fajir qowiy (orang rusak yang kuat) dengan sholeh dhoif (orang shaleh yang lemah).

Untuk seorang pemimpin, integritas moral yang mudah diukur adalah hal yang berhubungan dengan orang banyak. Seperti kata amanah yang diulang-ulang dalam dua contoh di atas. Amanah adalah integritas moral yang sangat penting keberadaannya pada partai dan calon pemimpin. Rasul berulang kali menyampaikan pesan tentang hal ini agar diingat bahwa memilih pemimpin harus yang amanah.

Di antara haditsnya adalah, “Tidak ada seorang hamba yang diberikan amanah kepemimpinan, kemudian dia meninggal dan pada hari meninggalnya itu dia masih mempunyai kesalahan menipu rakyatnya, kecuali diharamkan baginya sorga!” (HR. Bukhari no. 6731 dan Muslim no. 142)

Di antara yang sangat diperhatikan dalam integritas moral adalah kelembutan hati. Dengarlah doa nabi berikut ini, “Ya Allah siapapun memimpin umatku dengan mempersulit, maka persulitlah dia. Dan siapa yang memimpin dengan kasih sayang/kelembutan, maka sayangilah dia.” (HR. Muslim no. 1828).

Ini sejalan dengan pujian Allah terhadap Nabinya,

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ ﴿١٥٩﴾

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Qs. Ali Imran: 159)

Kelembutan hati adalah modal penting untuk keputusan yang menggunakan hati dengan penuh empati kepada masyarakat yang dipimpinnya.

Dua contoh integritas moral ini bisa dilihat dari raportnya pada masa kepemimpinan partai/pemimpin itu sebelumnya, jika pernah memimpin. Jika belum pernah memimpin, maka bisa dibuka pada catatan masyarakat. Jika belum menjadi pemimpin saja, sudah arogan dan berhati kasar dalam muamalah maka kekuasaan kelak akan membuka peluang untuk arogansi yang lebih besar.

Kesholehan ternyata tidaklah cukup. Hanya disebut ustadz tidaklah cukup, Atau mendapat gelar al-Hafidz atau semua atribut simbol kesholehan. Karena Nabi saja pernah menolak Abu Dzar al-Ghifari. Padahal kesholehan Abu Dzar tidak diragukan sama sekali bahkan oleh Nabi sendiri. Penolakan Nabi terhadap Abu Dzar lebih karena Abu Dzar tidak mempunyai kompentensi dalam kepemimpinan, “Kamu jangan memimpin dua orang dan mengurusi harta anak yatim!” (HR. Muslim no. 1826).

Dari sini, jika kita harus memilih maka pilihlah pemimpin yang kita kenal integritas kesholehannya dan kompentensi kepemimpinannya.

Golput Mungkinkah?

Memilih partai/pemimpin bagian Dari Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Karena dengan memilih pemimpin yang tepat, kita berharap pemimpin itu akan mendatangkan ma’ruf (kebaikan) dan menghilangkan atau meminimalkan kemungkaran.

Perintah amar ma’ruf nahi mungkar merupakan hal yang tidak perlu panjang lebar kita bicarakan. Karena sudah gamblang dan terang. Khoiriyyah ummah (Umat ini disebut terbaik) jika dua hal ini masih ada dengan dilandasi oleh iman (Qs. Ali Imran: 110).

Mengingat negara ini perlu perbaikan yang luar biasa kalau tidak mau dikatakan perlu perombakan besar-besaran, maka memilih partai/pemimpin adalah bagian dari perbaikan besar negeri ini.

Melihat melalui kacamata amar ma’ruf nahi mungkar, maka keterlibatan kita dalam berpartisipasi di pemilu adalah amal yang amat penting dan bahkan harus.

Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Ada Batasnya!

Amar ma’ruf nahi mungkar yang artinya iku memilih dalam Pemilu, harus dihentikan alias harus golput sebagaimana dalam ayat dalam surat al-Maidah: 105,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ لاَ يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ إِلَى اللّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿١٠٥﴾

“Hai orang-orang yang beriman, urusilah dirimu sendiri; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.”

Ayat ini pernah disalahpahami oleh generasi tabi’in, di mana mereka memahami bahwa amar ma’ruf nahi mungkar tidak perlu dilakukan sama sekali. Pemahaman ini telah diluruskan oleh Abu Bakar, Abu Tsa’labah al-Khutsani dan Ibnu Mas’ud radhiallahu anhum dengan sabda Rasul,

“Kalian harus tetap amar ma’ruf nahi mungkar hingga kalian lihat:

1. Kekikiran yang ditaati

2. Hawa nafsu yang diikuti

3. Dunia yang lebih dipentingkan

4. Masing-masing bangga dengan pemikirannya sendiri

“(jika telah kalian lihat) maka urusilah dirimu sendiri dan tinggalkan urusan kebanyakan orang.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah, Tirmidzi berkata: Ini hadits hasan, gharib, shahih)

Jelas dari hadits ini bahwa amar ma’ruf nahi mungkar itu ada batasnya. Yaitu jika 4 hal di atas sudah terlihat pada partai/pemimpin.

Jika ke 4 hal tersebut telah bisa dibaca dengan jelas, maka inilah saatnya kita menyelamatkan diri kita masing-masing dan meninggalkan aktifitas besar masyarakat itu, artinya, inilah saatnya golput!

Akhirnya, dengan panduan ini, selamat berhitung dengan cermat.

Ya Allah tunjukilah kami bahwa yang benar itu benar dan berikan kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunjukilah kami bahwa yang batil itu batil dan berikan kekuatan untuk meninggalkannya.

Wallahu a’lam

Abu Dihya

Import text file di Access

•April 2, 2009 • 2 Komentar

Syntax:
TransferText(TransferType, SpecificationName, TableName, FileName, HasFieldNames, HTMLTableName, CodePage)

  1. TransferType terdiri dari
    1. acExportDelim ,
    2. acExportFixed,
    3. acExportHTML,
    4. acExportMerge,
    5. acImportDelim default,
    6. acImportFixed,
    7. acImportHTML,
    8. acLinkDelim,
    9. acLinkFixed,
    10. acLinkHTML
  2. SpecificationName :
    • Spesifikasi format import dan eksport dari file, yang telah tersimpan di database. Untuk fix width text file harus menggunakan spesifikasi yang ada di database atau menggunakan file schema ini yang tersimpan di folder yang sama dengan file tujuan. Untuk membuat spesifikasi dapat anda lakukan ketika anda melakukan import/export secara wizard. Apabila tanpa anda definisikan spesifikasinya, maka import akan menggunakan default yaitu comma delimited.
    • Dan fieldnya harus dengan penamaan F1, F2, F3…..seterusnya.
    • Langkahnya dapat anda lihat dibawah ini sebagai contoh ketika import text file ..
    • ikuti langkah-langkah yang ada ketika anda akan import file text dimasukkan ke table.
    • Setelah akan finish tekan tombol Advanced, maka akan keluar spesifikasi yang telah anda lalui dari awal hingga akhir ketika import file text tadi.
    • spesifikasi ini dapat anda simpan di database dengan penamaan yang anda inginkan. Dan ketika anda akan running import dengan script (coding), spesifikasi ini dapat anda gunakan seolah-olah proses import anda seperti tahap-tahap yang anda lalui tadi ketika wizard.
  3. TableName : nama table tujuan penyimpanan data.
  4. FileName nama_file yang akan diimport atau nama file tujuan hasil export.
  5. HasFieldNames gunakan True (–1) apabila baris pertama dianggap sebagai nama field(kolom). Gunakan False (0) apabila baris pertama tidak digunakan sebagai nama field(kolom) “dari baris pertama merupakan data”, apabila tidak di definisikan maka nilainya adlah False.
  6. HTMLTableName digunakan apabila kita mau import atau link ke table HTML.
  7. CodePage digunakan untuk indikasi kode halaman.

Untuk import file text dengan menggunakan “;” (semicolon) atau karakter yang lain sebagai pemisah, maka anda dapat menggunakan perintah sebagai berikut.

DoCmd.TransferText acImportDelim, “schema1”, “TABLE_IMPORT”, “D:\DATA\NAMA_FILE.TXT”, False

Silahkan mencoba dan semoga berhasil.

Klasifikasi Hadits berdasarkan pada Kuat Lemahnya Berita

•Agustus 11, 2008 • 1 Komentar

Ust. Ahmad Sarwat, Lc

Berdasarkan pada kuat lemahnya
hadits tersebut dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu hadits maqbul (diterima)
dan mardud (tertolak). Hadits yang diterima terbagi menjadi dua, yaitu hadits
yang shahih dan hasan.
Sedangkan yang tertolak disebut juga dengan
dhaif.

1. Hadits Yang Diterima
(Maqbul)

Hadits yang diterima dibagi menjadi
2 (dua):

1. 1. Hadits Shahih

1. 1. 1. Definisi:

Menurut Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Nukhbatul Fikar, yang dimaksud dengan
hadits shahih adalah adalah:

Hadits yang dinukil
(diriwayatkan) oleh rawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya
bersambung-sambung, tidak ber’illat dan tidak janggal.

Dalam kitab Muqaddimah At-Thariqah Al-Muhammadiyah disebutkan bahwa definisi
hadits shahih itu adalah:

Hadits yang lafadznya
selamat dari keburukan susunan dan maknanya selamat dari menyalahi ayat Quran.

1. 1. 2. Syarat-Syarat
Hadits Shahih:

Untuk bisa dikatakan sebagai
hadits shahih, maka sebuah hadits haruslah memenuhi kriteria berikut ini:
Lanjutkan membaca ‘Klasifikasi Hadits berdasarkan pada Kuat Lemahnya Berita’

Golput Ya . . . ???

•Juli 14, 2008 • Tinggalkan sebuah Komentar

Golput adalah singkatan dari kata “GOLONGAN PUTIH”.
Siapa sih yang dimaksud Golput ini ?
Mungkin sekelompok orang yang sangat taat kepada Tuhan hingga ahtinya putih bresih tidak ada noda sama sekali…?
Ato mungkin kumpulan orang yang selalu memakai pakaian serba berwarna putih … ?
yang mana ya ..?????

eh..Ternyata yang dimaksud Golput adalah sekumpulan orang yang tidak mau menyalurkan hak pilihnya dalam sebuah pemilu, alias tidak berpihak kepada salah satu partai ataupun kandidat pemilihan.

Sekilas ketika kita saling berdiskusi dengan sesama teman atau siapa sajalah tentang “GOLPUT” ini, seolah olah syah-syah saja.
Dengan banyaknya pilihan yang dari masing-masing pilihan tidak ada sama sekali yang dapat dilihat dan diperhitungkan (dengan kata lain tidak ada yang dapat mewakili dan memperjuangkan kepentingan kita).
Apa memang seharusnya demikian ya ???

Ada analogi sederhana tentang hak (atau mungkin bisa jadi kewajiban) kita tentang masalah pilih memilih ini.

Dalam sebuah komunitas masyarakat akan diadakan pemilihan pimpinan dengan pemilihan langsung, taruhlah pemilihan ketua RT.
Disini ada 2 kandidat yang masing-masing mempunyai masa pendukung sendiri.
Kandidat pertama adalah seorang yang sangat sangat lugu (Bodoh bin goblok kali ya….he he he) dan memang tanpa ilmu ketika melakukan sesuatu. Kandidat ini mempunyai masa sepertiga dari keseluruhan masyarakat pemilih, dan tentunya dari komunitas lugu juga.
Sedang kandidat yang kedua ini adalah dari kelompok LoeGu, sudah bisa ditebak bahwa pola pikirnya pasti LoeGu juga.
Bingung ya,..? apa sih LoeGu itu.
Itu tuh, seseorang yang punya anggapan bahwa “Loe, Loe & Gua, Gua”
(persetan dengan urusan Loe yang penting Gua happy…!!!!, gituuu).
Kelompok kedua ini punya pengikut hampir sama dengan yang pertama hanya lebih banyak sedikit.

Coba kita buat hitungan angka aja biar lebih gampang menganalisanya.
Jumlah masyarakat pemilih sebanyak 100 orang. Jumlah kandidat pemilihan ada 2 orang.
Dari kelompok lugu selain kandidat terdata sebanyak 33 orang.
Dari kelompok LoeGu diluar kandidat ternyata berjumlah sebanyak 35 orang.
Dari sini kita bisa hitung jumlah pemilih selain dari kandidat dan dua kelompok tersebut, yaitu sebesar (100 orang dikurang 2 orang kandidat dan dikurang 33 orang dari kelompok lugu serta dikurang 35 orang dari kelompok LoeGu.
Jadi 100-(2+33+35) = 100-70 = 30 orang pemilih bebas.

Dan 30 pemilih ini adalah orang-orang yang mempunyai kapasitas ilmu yang cukup dalam bertindak, serta punya hati nurani dan menghargai sesama manusia cuman sayang tidak ditampung dalam sebuah wadah tersendiri.

ke 30 orang yang netral ini tentunya akan sangat bingung, ketika mau memunculkan calon sudah barang tentu pasti kalah karena hanya 30 orang. Memilih salah satu dari dua kandidat ? kok gak ada yang pas ya..? so..???? harus gimana…?

Memilih kandidat pertama..?
Mau jadi apa tatanan RT kita ini nantinya, wong yang memimpin orang yang tidak punya kapasitas dan ilmu dalam memimpin rakyat.

Pilihan jatuh ke kandidat ke 2 ..?
Pasti hancur dah kita, karena pemimpinya nanti pasti memeras rakyat demi kekayaannya sendiri.

Maka terpikirlah oleh mereka untuk tidak memilih salah satu dari dua kandidat tersebut.
tarohlah dari ke 30 orang yang netral tersebut semua GOLPUT, anda sudah bisa tebak apa yang akan terjadi dan siapa yang akan terpilih jadi ketua RT di kampung tersebut. Dengan diamnya ke 30 orang tersebut maka sudah bisa dipastikan kelanjutan dari pemerintahan RT akan dipimpin oleh ketua yang selalu memikirkan dirinya sendiri, masalah rakyat ???(No way lah yauu….) yang penting Gua dapat keuntungan.

pilihan sulit ….???

mohon pendapat bila posisi anda sebagai seorang yang ada diantara ke 30 orang yang netral tadi.

Bertawassul Atas Nama Rasul …!!?

•Juli 3, 2008 • Tinggalkan sebuah Komentar

http://www.eramuslim.com…..Ahmad Sarwat, Lc

Secara bahasa, tawassul artinya taqarrub atau mendekatkan diri. Seperti kita berkata bahwa saya bertawassul kepada Allah dengan amal, maksudnya saya bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah lewat amal shalih.

Tawassul adalah salah satu bentuk ibadah yang diperintahkan Allah SWT, dengan segala tata cara yang telah ditetapkan. Bahkan ada perintah khusus buat kita untuk bertawassul, sebagaimana firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَابْتَغُواْ إِلَيهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُواْ فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.(QS. Al-Maidah: 35)

Bahkan Allah SWT memuji orang yang bertawassul dalam salah satu firman-Nya:

أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورً
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang ditakuti. (QS. Al-Isra’: 57)

Lanjutkan membaca ‘Bertawassul Atas Nama Rasul …!!?’

Perbedaan Tentang Batasan Bid’ah

•Mei 27, 2008 • Tinggalkan sebuah Komentar

Ahmad Sarwat, Lc.

Para ulama memang berbeda pendapat ketika mendefinisikan bid’ah. Definisi yang disodorkan oleh para ulama tentang isitlah ini ada sekian banyak versi.

Hal itu lantaran persepsi mereka atas bid’ah itu memang berbeda-beda. Sebagian mereka ada yang meluaskan pengertiannya hingga mencakup apapun jenis perbuatan yang baru atau diada-adakan, sedangkan yang lainnya menyempitkan batasannya.

Dalam kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah (Ensiklopedi Fiqih) jilid 8 keluaran Kementrian Wakaf dan Urusan Ke-Islaman Kuwait halaman 21 disebutkan bahwa secara umum ada dua kecenderungan orang dalam mendefinisikan bid’ah.

Lanjutkan membaca ‘Perbedaan Tentang Batasan Bid’ah’

10 Shortcut MS Word untuk Mempercepat Editing

•Mei 19, 2008 • Tinggalkan sebuah Komentar

Rabu, 14/05/2008 12:49 WIB

Tips & Tricks dikutip dari (Dewi Widya Ningrum – detikinet)

Pengguna aplikasi Microsoft Word seringkali menghabiskan banyak waktu untuk mengerjakan bermacam pekerjaan kantoran. Walhasil, banyak waktu terbuang hanya untuk mengedit dan merapikan font, paragraf dan kata-kata.

Sebagai contoh, Anda sudah terlanjur mengetik dua baris judul dokumen dengan huruf kecil. Namun Anda ingin mengubah judul tersebut menjadi huruf besar, dan terpaksa Anda harus mengetik ulang judul tersebut dari awal. Waktu Anda jadi terbuang pastinya.

Ada banyak kunci rahasia di Microsoft Word yang bisa Anda terapkan untuk mengedit dokumen sehingga waktu Anda tak terbuang banyak. Berikut ini 10 tombol singkat alias shortcut yang bisa mempermudah pekerjaan Anda:

Lanjutkan membaca ’10 Shortcut MS Word untuk Mempercepat Editing’

Lima Jenis Ke-“GILA”-an

•Mei 14, 2008 • Tinggalkan sebuah Komentar

Terdapat berbagai jenis kegilaan di dunia ini. Kita akan membahas lima jenis kegilaan yang paling umum.

  1. Gila yang berasal dari akal pikiran.
  2. Gila akan wanita.
  3. Gila akan uang.
  4. Gila akan mabuk-mabukan.
  5. Gila akan kebijaksanaan.

Pada sebuah persimpangan jalan di dekat taman, berdiri sebuah pohon yang teduh. Lima orang dengan lima jenis kegilaan duduk bersama di bawah pohon tersebut. Mereka berbicara dengan diri mereka sendiri. Bagi orang yang berlalu-lalang, lima orang ini terlihat sama, tetapi terdapat alasan yang berbeda atas kegilaan mereka.

Lanjutkan membaca ‘Lima Jenis Ke-“GILA”-an’

Azab Kubur Tidak Ada … ? :-/

•Mei 14, 2008 • 11 Komentar

Ust. Achmad Sarwat, Lc.

Salah satu bentuk pemurtadan dan penghancuran Islam adalah dengan menanamkan keragu-raguan kepada hadits nabawi. Cara ini oleh musuh Islam dipandang sangat efektif, karena lumayan hemat tenaga, tetapi punya dampak kehancuran yang besar.

Contoh yang paling mudah adalah tentang ingkarnya sebagai umat Islam terhadap adanya siksa kubur. Alasannya, karena siksa kubur itu tidak disebutkan di dalam Al-Quran. Hanya disebutkan di dalam hadits, lalu hadits-hadits itu dituduh sebagai hadits yang lemah.

Padahal kedua argumentasi itu salah besar. Siapa bilang Al-Quran tidak bicara siksa kubur? Dan siapa bilang hadits tentang siksa kubur itu lemah?

Yang lemah bukan hadits tentang siksa kubur, tapi barangkali ilmu dan wawasan penulis buku itu sendiri. Sebab bagaimana mungkin ada orang yang mengaku beragama Islam, tetapi masih saja tidak paham dengan ayat Al-Quran? Atau masih tidak bisa membedakan mana hadits yang shahih dan mana yang tidak shahih? Apalagi sampai berani menulis buku, tapi sayangnya isinya tidak menggambarkan keluasan ilmu, kecuali hanya sekedar menjiplak habis pemikiran kufur materialis barat.

Lanjutkan membaca ‘Azab Kubur Tidak Ada … ? :-/’

Paham-“i” Sunnah Nabawiyah?

•April 24, 2008 • Tinggalkan sebuah Komentar

Ahmad Sarwat, Lc

Sebenarnya yang terjadi memang agak lucu, karena ternyata istilah sunnah itu dipakai oleh banyak kalangan, namun dengan pengertian masing-masing. Sehingga ketika mereka saling berkomunikasi dengan cara yang tidak komunikatif, terjadilah kesalah-pahaman itu.

Sebelum kami jelaskan lebih lanjut di mana letak titik masalah, kami ingin menceritakan sebuah kisah pengalaman lucu. Mungkin bisa membantu menjelaskannya.

Pada suatu hari datang seorang tamu istimewa ke rumah kami. Beliau bernama Tuan Ismail, berasal dari negeri jiran, Malaysia. Beliau berkantor di dekat kediaman kami, Kedutaan Besar Malaysia dan menjabat sebagai Atase Agama di Kedutaan itu.

Lanjutkan membaca ‘Paham-“i” Sunnah Nabawiyah?’